Milad ke-90 KHM. Basori Alwi Murtadlo

By Ahmad Syafiq

Milad ke-90 KHM. Basori Alwi Murtadlo

Singosari – Jumat malam (14/4) setelah maghrib terlihat suasana yang berbeda di lorong bawah lantai satu pesantren. Rupanya banyak dari para alumni yang berjubel di sana.

Ada apa gerangan?

Malam itu adalah malam tasyakkur memperingati Milad pengasuh kami, K.H. Basori Alwi Murtadlo. Jika menurut hitungan masehi usia beliau adalah 90 tahun (K.H. Basori adalah kelahiran 15 April 1927), sadangkan menurut perhitungan hijriyah usia beliau sudah menginjak 93 tahun. Tak terasa usia beliau sudah hampir satu abad.

Setelah isya’ acara dimulai. Aula hijau tempat terselenggaranya acara terlihat sesak dengan jubelan santri dan alumni. Para alumni yang terus berdatangan membuat panitia kaget karena tak mengira bahwa yang datang akan sebanyak itu.

Ketika Kyai tiba, sontak semua hadirin berdiri seraya menggemakan shalawat tala’al badru. Setelah Kyai tiba di kursi beliau, beliau disambut dengan bacaan syi’ir dari seluruh santri yang berisikan lirik ungkapan syukur dan selamat atas kelahiran Kyai. Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran yang dibaakan oleh santri junior kelas satu. Sungguh, menikmati suara bacaan al-Quran di tempat di mana al-Quran diajarkan dan di hadapan sang Maestro al-Quran memberikan sensasi yang tidak sanggup diungkapkan.

Setelah pembacaan qiroah selesai, acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama disampaikan oleh perwakilan keluarga Kyai, yakni Gus Kholad Anas, kemudian disusul dengan sambutan dari perwakilan santri sekaligus alumni yang disampaikan oleh Gus Ali.

Setelah sambutan selesai diberikan, tibalah saat pemberian hadiah. Ada banyak hadiah yang diberikan malam itu. Ada empat bingkisan dari pesantren, satu bingkisan dari Ammy Luthfi Basori, dua bingkisan dari santri angkatan 2003 dan satu bingkisan dari kelas eksekutif. Namun pemberian hadiah tidak sampai berhenti di situ, di akhir sesi Gus Murtadlo menyampaikan ada hadiah dari klub literasi. Klub literasi ini beranggotakan santri dan pengurus yang memiliki minat dalam penulisan dan penerbitan, dan Gus Murtadlo merupakan komando klub tersebut. Malam itu ada banyak buku karya klub literasi yang dihadiahkan. Malam itu sekaligus menjadi malam launching penerbitan buku karya klub literasi.

Setelah pemberian hadiah selesai, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Setelah sesi pemotongan selesai Kyai kemudian memberikan mau’idhoh hasanah kepada segenap hadirin. Maudhoh yang diberikan malam itu sejatinya sering disampaikan oleh beliau pada berbagai kesempatan. Namun uniknya para hadirin seakan tak pernah bosan menyimak. Selalu ada hikmah baru yang bisa dipetik dari sana. Kyai Basori menceritakan bagaiaman perjuangan beliau dulu menimba ilmu Al-Quran dan Bahasa Arab, bagaimana penemuan inspirasi beliau sehingga menghasilkan kitab Madarij Durus al-Arobiyyah yang kini melegenda, bagaimana asal mula jargon yang tak pernah lelah beliau bagikan “li kulli syai’in zakaatun wa zakaatul ilmi at’ta’liim”, segala sesuatu ada zakatnya, dan zakatnya ilmu adalah mengajar.

Setelah mauidhoh selesai disampaikan, Kyai melanjutkan berdoa sebagai penutup. Di akhir acara para santri dan alumni diberikan hidangan untuk melengkapi acara tasyakkuran malam itu.

Author